Sabtu, 31 Januari 2009

Leadership: Pertemanan dan Menegor Kesalahan

Dalam pembahasan kali ini kita akan mempelajari prinsip Leadership, baik ditinjau dari sisi sang atasan (Leader) maupun dari sisi kita sebagai anak buah yang mengikuti perintah. Terkadang, sulit bagi kita mengikuti perintah Atasan, yang dalam waktu sehari-hari, atau dahulu terbiasa menjadi teman/kawan kita yang sederajat. Kali ini kita akan belajar, bagaimana seorang Leader harus mampu menegur kesalahan anak buah dengan tetap mengendalikan emosi dan menjaga harga diri anak buah yang melawan perintah tanpa melukai harga diri anak buah tersebut.

Star Trek The Next Generation
Episode # 257: The Gambit.

Dalam suatu insiden penyelidikan kegiatan para penyelundup barang gelap luar angkasa, Captain Picard dan Commander Riker terperangkap dan terpaksa menyamar menjadi awak penyelundup dan berkhianat terhadap United Federations of Planets.
Lt.Commander Data yang mengambil alih sebagai acting Captain in command mengerti beberapa strategi rahasia yang dilakukan oleh Captain Picard dan Commander Riker, namun tidak demikian dengan Lt.Worf (yang mengambil alih tugas sementara menjadi First Officer in command) dan awak kapal yang lain. Beberapa kali Lt.Worf melakukan protes atas perintah yang diberikan oleh Data di depan para awak kapal yang lain. Ketika situasi yang genting telah terlalui, Data memanggil Worf memasuki ruang Captain dan melakukan pembicaraan tertutup sbb:

Data: Lieutenant, I am dissatisfied with your performance as First Officer.
Worf: May I ask in what way?

D: You continually question my orders in front of the crew. I do not believe this is appropriate behavior. (Perhatikan susunan kalimat yang tetap menjaga emosi dan sopan santun dalam menegur kesalahan anak buah).
W: With all due respect Sir, I have always felt free to voice my opinions even they differ from those of Captain Picard or Commander Riker. (Perhatikan disini Worf masih tidak mengetahui letak kesalahannya, dia masih berpikir bukan sbg posisi First Officer, namun sebagai Tactical Officer biasa).

D: That is true, but in those situations you were acting as Head of Security, not as First Officer. The primary role of the second in command is to carry out the decisions of the Captain. In this case, me.
(Data memberikan penjelasan, bahwa saat yang genting ini, situasinya berbeda dengan situasi normal. Worf sbg Second in Command, harus menjadi satu suara dalam gerak dan langkah komando dengan Captain).
W: But is it not my duty to offer you alternatives?
D: Yes. But once I have made a decision, it is your job to carry out regardless of how you may personally feel. Any further objections should be given to me in private, not in front of the crew. I do not recall Commander Riker ever publicly sharing irritation with his Captain, as you did a moment ago.
(Kita sebagai staff, perlu memahami bahwa mengkritik Atasan atau mempertanyakan keputusan Atasan adalah sah saja, namun, seyogianya itu tidak dilakukan di depan orang banyak atau staff yang lainnya. Tindakan ini dapat merupakan “penyerangan” atas legalisasi dan wibawa Atasan kita dihadapan para Staff lainnya).

D: If you do not feel capable of carrying out this role, I will assign it to Commander La Forge and return you to Tactical. I would not enter it into your record as a reprimand simply as a transfer.
(Dalam posisi sebagai Leader, kita secara terbuka bisa bertanya kepada anak buah yang merasa tidak cocok atau tidak tepat berada dibawah pimpinan kita; dan menawarkannya posisi lain yang mungkin dirasakan lebih tepat dengan kompetensinya, jika itu memungkinkan. Hal ini adalah untuk menghindari konflik lebih jauh dalam pencapaian tujuan / misi yang dilakukan bersama).

W: I would prefer to remain at my current post.
D: Then I expect you to conform to the guidelines I have laid out.
(Perhatikan, bahwa setelah suatu solusi pemecahan masalah kita tawarkan kepada anak buah kita; dan kita telah mencapai kesepakatan bersama: penting untuk kita melakukan prinsip “confirmation of understanding” – untuk menekankan dan meyakinkan bahwa kita dan anak buah kita memiliki prinsip dan kesepakatan yang sepaham atas solusi yang dicapai bersama).

W: Aye, Sir.
D: Dismissed. (Pembicaraan selesai, dan ditutup dengan formal).

(Sebelum Worf melangkah keluar ruangan, Data memanggil kembali dengan nada bicara yang berbeda dengan sebelumnya. Bila dalam tegoran yang diberikan dilakukan dengan nada bicara sangat formal, panggilan ini dilakukan dengan nada bersahabat dan lebih respect. Perhatikan: semula Data menyebut Worf dengan pangkatnya, saat ini dia memanggil dengan nama sehari-harinya):
Data: Mr. Worf, I am sorry if I have ended our friendship.
Worf: Sir, it is I who has jeopardized our friendship, not you. If you will overlook this incident, I would like to continue to consider you my friend.
Data: I would like that, as well.

Suatu pembicaraan formal untuk menegor kesalahan anak buah, tidak perlu mengakibatkan terlukanya harga diri anak buah tersebut. Kita dapat tetap menjaga harga dirinya dalam menegor untuk mengkoreksi kesalahannya, namun juga tetap dapat menjaga rasa pertemanan dengannya. Sikap menghargai ini patut dilakukan setelah yang bersangkutan memahami kesalahannya dan bersedia mengoreksinya. Jadi kita sebagai Leader tidak perlu menempatkan anak buah kita dalam posisi ketakutan atas kesalahannya.

Dilain sisi, sebagai anak buah, sikap kesatria dari Mr.Worf ini patut di contoh. Kadang kita mencampur adukkan masalah profesionalisme dan pertemanan. Sikap Mr. Worf yang mengakui bahwa ia melakukan kesalahan prosedur, dan bukan hanya berjanji memperbaiki, namun juga tetap menghormati kawan yang juga adalah atasannya, itu adalah suatu sikap terpuji yang patut ditiru oleh kita. Bagaimanapun, atasan kita adalah tetap seorang pribadi yang juga butuh kehangatan rasa pertemanan dan juga sekaligus respect dari kita selaku anak buah. Sikap ini akan memberikan suatu sinergi positif yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.

~ Live Long and Prosper ~

STAR TREK: Sebuah Kesatuan dalam Keragaman

Ketika Gene Roddenberry menyusun karakter-karakter dalam awak kapal USS Enterprise di Original Series, semula ia mendapatkan banyak kritikan dan banyak suara kekawatiran dengan keragaman awak kapal yang ada.

Kesulitan Gene Roddenberry dalam menyusun karakter-karakter awak kapal USS Enterprise ini nampak dalam tulisannya di buku “The Making of STAR TREK” (Copyright © 1968 by Stephen E. Whitfield) halaman 127: “A word of caution (not an ultimatum) was expressed regarding the plans for an integrated crew aboard the Enterprise. There were still those who were afraid of the consequences, from a strictly dollar-and-cents point of view. By putting a Negro in the crew they might lose the Southern states, by putting a Mexican in the crew they might lose Texas, Arizona, and parts of California, and so forth. The overseas sales representatives were also greatly concerned about the matter. A Chinese crew member could lose sales for show in Indonesia, etc., etc., etc., Gene began to realize that if he listened to all these people, the Enterprise would end up with an all white, Protestant, Caucasian crew. This could then rebound with the same result in a great many foreign countries, because why should they believe that 200 years from now such a ship will be manned by an all Americans crew? So many people became embroiled in so much controversy that they ended up leaving Gene alone to do it the way he wanted to!” Dunia masa depan di abad 23 dalam rekaan Gene Roddenberry adalah sebuah utopia dimana berbagai ras manusia dari berbagai latar belakang dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama untuk mengeksplorasi angkasa luar demi kesejahteraan hidup umat manusia itu sendiri. Hal ini mungkin di latar belakangi fakta bahwa dunia ini semakin lama semakin padat, sumber daya alam Bumi untuk menunjang kehidupan seluruh manusia di dunia ini sangat terbatas. Mengirim koloni untuk dapat hidup tinggal di planet lain dengan kelas “M” serupa dengan bumi di Galaxy Bima Sakti ini menjadi salah satu misi Star Trek. Misi utama Star Trek yang nampak dalam dalam setiap episodenya adalah keberanian para awaknya dalam mencari kehidupan di luar angkasa dan menjalin hubungan dengan bentuk-bentuk kehidupan lain diluar bumi… “To explore strange new worlds, to seek out new civilizations, to boldly go where no man has gone before” (The Making of Star Trek – chapter 3 page 202).

Keistimewaan disini adalah ketika kita mengamati bahwa STAR TREK selalu membuat terobosan-terobosan baik dalam hal alur cerita dan pembuatan karakter yang sangat luar biasa melampaui jamannya di kala itu (thn.1966). Dalam hal karakter, sebagaimana kita lihat dalam The Original Series bahwa awak kapal terdiri dari berbagai karakter dari berbagai latar belakang budaya yang sebenarnya pada masa itu cukup controversial. Pemeran-pemeran awak utama USS Enterprise (TOS) pada saat itu adalah:

William Shatner – Captain James T. Kirk, Leonard Nimoy – Mr. Spock (First Officer), DeForest Kelley - Dr Leonard McCoy, James Doohan – Montgomery Scott – Chief Engineer, George Takei – Sulu (Helmsman), Nichelle Nichols – Lt.Uhura (Communications), Majel Barrett – Nurse Christine Chapel, Walter Koenig – Ensign Chekov. Sebagaimana kita tahu, antara Inggris dan Irlandia, sejak dahulu sering terjadi bentrokan bersenjata karena masalah ras, agama dan wilayah; Amerika dan Rusia masa dekade 60-an adalah era perang dingin yang hampir mencetuskan perang nuklir; emansipasi wanita masa itu belum 100% setara seperti masa ini, apalagi adanya awak Negro (Lt.Uhura) yang cerdas dan memegang peranan penting dalam proses komunikasi (mengingatkan kita kepada perjuangan Martin Luther King Jr., pejuang persamaan hak asasi negro di Amerika Serikat yang mati ditembak); China dan Rusia masa itu sebagai poros kekuatan komunis yang sangat berseberangan dengan paham Negara Amerika.

Semua karakter-karakter controversial diatas ditempatkan dalam suatu sinergi, kesatuan yang erat, dimana masing-masing dengan kekuatan keberagaman latar belakang budayanya erat bersatu padu dalam pelaksanaan misi-misi STAR TREK. Warna yang berbeda-beda dari berbagai latar belakang budaya ini nampak sengaja di tonjolkan dalam Star Trek untuk menunjukkan bahwa di masa depan, dalam masa yang penuh dengan perdamaian dan kesejahteraan seluruh umat manusia, tiada lagi perdebatan dan perkelahian sesama umat manusia karena perbedaan suku, latar belakang budaya, ras, agama dan kepercayaan atau ideology. Semua memiliki visi yang sama, saling melengkapi, saling menghormati, dalam mencapai tujuan bersama, kesejateraan bagi kemajuan technology dan peradaban umat manusia.

Star Trek the Original Series:

written by D.C. Fontana
directed by Michael O'Herlihy
music by Alexander Courage
Stardate 3113.2



Kamis, 29 Januari 2009

THE NEEDS OF THE MANY OUT WEIGH THE NEEDS OF THE FEW, OR THE ONE

Ucapan diatas, adalah dialog Mr.Spock ketika dia sekarat menjelang ajal di hadapan James T. Kirk, Captain USS Enterprise, yang merupakan atasan, dan sekaligus sahabatnya.

Ada dua hal yang ingin saya angkat dalam tulisan kali ini, yaitu:

1. Kesadaran diri, dimana kita memandang diri kita berada di dunia ini memiliki suatu 'purpose' suatu tujuan, suatu misi, yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa, yang harus kita jalankan sebaik-baiknya. Dalam ucapan Mr. Spock ini: "THE NEEDS OF THE MANY OUT WEIGH THE NEEDS OF THE FEW, OR THE ONE.." melukiskan betapa kepentingan diri sendiri, atau golongan, harus dilihat dari 'helicopter view' dalam kerangka demi menyelamatkan kepentingan banyak orang.










2. Leadership sejati yang ditunjukkan oleh Captain James T. Kirk kepada para anak buahnya. Kepemimpinan yang di contohkannya bukanlah kepemimpinan yang represif dan tangan besi, namun ia mendapatkan kesetiaan dari orang-orang yang dipimpinnya sampai titik darah mereka yang penghabisan. Mereka respect, menghormatinya, namun disaat yang sama mereka memanggil pimpinan mereka itu sebagai SAHABAT.

Spock to Kirk: "I have been... and always shall be... your friend. [holds up his hand in the Vulcan salute] Live long... and prosper.."


Saat ini bangsa Indonesia sedang memasuki masa persiapan kampanye-kampanye Pemilu di tahun 2009, dimulai dengan rangkaian pesan-pesan para caleg dengan poster-poster yang memenuhi hampir semua sudut jalan namun nihil pesan visi dan misi. Koran-koran dan media tv serta radio juga mulai dipenuhi dengan iklan-iklan caleg dan calon presiden. Visi apakah yang mereka tawarkan kepada rakyat Indonesia? Solusi apakah yang mereka tawarkan atas krisis yang melanda negeri ini? Di satu sisi ribuan orang di PHK karena pabrik dan kantor mereka tutup atau kehilangan klien dan pekerjaan. Di sisi lain, mall-mall baru dengan barang-barang super mahal menyerbu kota besar, dan pembeli-pembelinya masih ada. Rekan saya penjual asuransi mengatakan, setiap bulan masih ada orang-orang membeli polis baru senilai puluhan juta.., para caleg dan partai politik mengeluarkan ratusan juta rupiah untuk dana iklan, kampanye, dan lain sebagainya...jadi..negara kita ini sedang krisis atau tidak? Ataukah sense of crisis ini yang tidak ada?

Dibeberapa daerah, terjadi perpecahan dan kekerasan konflik horisontal antara golongan masyarakat. Konflik yang disebabkan karena berbeda pandangan politik, konflik karena berbeda agama, konlfik antara pemeluk agama yang sama namun berbeda pemahaman, konflik karena perebutan lahan, penggusuran pasar, dan sejenisnya. Apakah negara kita ini damai? Damai dari segi apa?
Kedamaian dan Kebersamaan yang ada dalam masyarakat kita ini ternyata semu dan seperti api dalam sekam. Masing-masing golongan masih saling mencurigai golongan masyarakat yang lain yang berbeda pandangan dengan dirinya atau golongannya. Perbedaan agama dan perbedaan pandangan dijadikan legalisasi melakukan kekerasan terhadap sesama. Surat Keputusan Menteri dijadikan dasar legalisasi tindakan kekerasan pembakaran dan perusakan gedung ibadah apabila tidak ada persetujuan dari sekelompok masyarakat di sekitarnya. Damai?..dalam konteks apa? Kebersamaan?..dalam konteks yang bagaimana? Negara di satu sisi, terkesan tidak perduli dan tidak mau ikut campur melindungi golongan yang berbeda-beda di masyarakat yang dalam UUD 1945 memiliki hak yang sama dan setara. Pemimpin-Pemimpin yang ada biasanya enggan turut bicara dalam masalah konflik horisontal seperti ini.

Yang terjadi adalah orang melihat hanya dari segi kepentingan partai politiknya sendiri, apakah menguntungkan atau tidak.

Melihat ironi kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, teman saya Bobby Andre Andhara berkomentar di FB saya sebagai berikut:

1. Sudut pandang. Kalau jaman kita ini, sudut pandang itu sempit. masyarakat berpikir dan bertindak secara berkotak2. Biasanya akan terlontar kalimat: "itu urusan elo, itu partai elo, golongan elo, ras elo, agama elo dll" dan perbedaan itu menjadi dasar untuk membuat sebuah pemisahan, perpecahan.

Sedangkan dalam dunia yang diajarkan dalam Star Trek bukannya hanya global sudut pandangnya, tapi men-"semesta". Kita disadarkan bahwa kita adalah salah satu mahluk penghuni alam semesta, dimana bentuk kehidupan di alam semesta ini buanyak banget ragamnya... Read More..: Shingga kita dikondisikan untuk bukan hanya bisa get along with many different kind of people, tapi juga many different kind of life..

2. Mengabdi pada ilmu pengetahuan. Jaman sekarang kebanyakan dari kita mengabdi hanya pada duit. Alam lingkungan di korbankan untuk menjadi duit. Pohon ditebang, tanah resapan dijadikan mall mewah, akibatnya....banjir, tanah longsor,..dan berbagai kerusakan lainnya. Saat ini di masyarakat kita yang jago dagang lebih dihargai daripada ilmu pengetahuan. Tapi susah emang.. bnyk org blg utopia bgt ya, itu bs terjadi klo kemiskinan dah gak ada lagi di muka bumi3. Sadar bahwa terdapat jutaan jenis mahluk hidup di semesta yang jauh lebih superior dari manusia. jauh lbh pinter, jauh lbh kuat, jauh lbh jahat, dll. makanya manusia gak bisa sombong di star trek.

Rekan saya Eri berkomentar di FB wall saya sbb:

"Yang pasti, karena nilai2 Star Trek ini lah gw jadi sangat perduli dengan planet ini dan kemanusiaan. gw join dan aktif berdonasi di Greenpeace, WWF dan UNICEF semua itu karena Star Trek. Gw pingin masa depan yang sempurna terwujud. gw pinign selalu aktif dan terjun langsung dalam menolong planet ini. Support Energy [R]... Read More: evolution now! ini adalah motto gw.

My next car will be hybrid! my next house will be Solar-based energy house, and Cradle-to-Cradle concept house.

Star Trek is my way of life!ini blog yang gw persembahkan untuk human and earth: http://www.human-earth.blogspot.com/

We are the human of earth. we are human earth"

Para Pemimpin sekarang harus menyadarkan masyarakat bahwa kita adalah bagian dari Bumi ini, dan kita harus melestarikan kehidupan di Bumi ini demi masa depan kita dan anak cucu kita di masa depan.

Para Pemimpin, jika ingin mendapatkan loyalitas, penghormatan dan pengakuan dari para bawahannya, jangan memanipulasi anak buah. "Be a sincere servant leader", itu kuncinya. Berpikir demi kemakmuran rakyat, demi keselamatan dan keutuhan bangsa, dan bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Menaruh kekuatan, keutuhan dan kehormatan nama Bangsa Indonesia lebih dari sekedar kepopuleran diri sendiri. Jadilah pemimpin yang mengayomi, pemimpin yang memiliki visi masa depan, pemimpin yang mengetahui prinsip kebenaran dan berani menyuarakan kebenaran, dan menjadi contoh teladan dalam setiap segi kehidupannya.



A LEADER Is One Who

Knows The Way,

Goes The Way.

And Shows The Way

Mengapa Star Trek?..








Dari jutaan judul film, dari ratusan ribu film Science Fiction, dan dari puluhan judul film penjelajahan angkasa.. mengapa Star Trek?






Tanggal 24 Januari 2009 saya menonton film Star Trek Voyager, episode: “ENDGAME” (yang merupakan episode terakhir dari serial Voyager yang telah ditayangkan dari sejak tahun 1995 sampai dengan 2001 di Amerika Serikat) bersama dengan komunitas Indo-Star Trek. Film ini mengisahkan bagaimana Admiral Katherine Janeway berjuang dan mengorbankan dirinya sendiri demi menghabisi kaum Borg demi menyelamatkan peradaban umat manusia. Dari sekian lama saya menonton film-film Star Trek, moment inilah yang menggerakkan saya akhirnya menurunkan tulisan-tulisan di Blog ini.




Ketika saya mengamati dari ucapan Mr.Spock saat menjelang ajal di ending film Star Trek II: The Wrath of Khan (motion picture), dan ucapan itu di ulangi lagi di awal pembuka film Star Trek III: The Search For Spock: ada satu filosofi mendasar dari film-film Star Trek yang selalu menggetarkan jiwa untuk dikagumi bahwa: “kepentingan dan keselamatan orang banyak adalah jauh lebih utama dan penting, daripada kepentingan segolongan atau satu orang”. Bila seseorang tidak memiliki kekuatan cinta kasih yang sedemikian besarnya kepada sesamanya, tidak mungkin ia mampu berkata-kata seperti itu. Jiwa filosofi itu menjiwai warna kehidupan Starfleet officers dari generasi ke generasi. Dalam kisah ini, demi menyelamatkan kehidupan para crew Voyager yang dipimpinnya, serta secara umum menyelamatkan peradaban kehidupan di seluruh galaxy dari ancaman asimilasi paksa oleh Borg, maka Admiral Katherine Janeway rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan orang lain. Inilah rasa cinta kasih terbesar yang terbukti mampu mengalahkan adidaya kekuatan Borg yang digjaya dan nyaris tanpa kelemahan.




Banyak sekali pesan moral dalam film-film Star Trek yang sebenarnya mampu diteladani oleh setiap orang yang menontonnya. Star Trek bukan hanya menawarkan action memukau yang dilandasi nilai-nilai prinsip kebenaran, supremasi hukum, kejujuran, integritas, keberanian, ketangguhan, kedisiplinan hidup para Starfleet officer yang patut diteladani, namun disamping ketangguhan mereka, mereka tetap memiliki sisi sensitif manusiawi dengan segala kelemahannya.




Namun justru dari sisi kelemahan manusiawi yang dianggap lemah dan tak sempurna itulah, ada suatu kekuatan cinta kasih yang sangat besar yang mengajar manusia terus mencari kebaikan dan berusaha mencapai kesempurnaan dalam utopia yang diimpikan setiap orang. Terkadang dalam memenangkan sebuah pertempuran, dibutuhkan kelihaian berfikir dan berdiplomasi lebih dari sekedar kekuatan fisik. Jika saja di dunia ini banyak manusia menghargai nilai-nilai cinta kasih dan diplomasi lebih dari kekuatan senjata, niscaya, banyak jiwa terselamatkan terhindar dari kematian sia-sia akibat perang yang banyak meluluh lantakkan kehidupan di bumi ini.




Dalam event Indo-StarTrek Gathering tgl.24 Januari 2009 itu..walau malam semakin larut namun para anggota terlihat masih saling melepas kangen dengan saling bertukar canda tawa dan memperlihatkan keunikan masing-masing collectibles nya yang berharga. Dengan berat hati akhirnya kita harus mengakhiri acara Gathering ini dan saling berfoto-foto bersama sambil saling berjanji satu sama lain untuk tetap keep in touch, tetap saling mengingatkan perasaan kangen dan bertukar semangat filosofi Star Trek yang telah banyak membantu membentuk sisi-sisi kehidupan masing-masing anggotanya dari aspek yang berbeda-beda. Saya teringat kembali suatu ‘moral message’ dari Star Trek yang sangat berharga sekali ..kami berasal dari latar belakang yang saling berbeda-beda, rentang usia yang berbeda, latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda, namun kami belajar dari para Starfleet Officer teladan kami, bahwa segala perbedaan itu bukanlah hal yang memecah belah, namun justru dari perbedaan yang ada itulah, masing-masing saling memperlengkapi satu sama lain, saling belajar satu sama lain, dan saling menghormati satu sama lain demi satu tujuan bersama, perdamaian abadi yang didasarkan rasa cinta kasih..suatu utopia mulia yang bukan tidak mungkin di wujudkan dengan usaha kerja keras …dan komitmen bersama.












Pencinta Star Trek menyadari pengaruh positif dari Star Trek dan akan lebih positif lagi bila
bisa mendiskusikannya dengan sesama pencinta Star Trek, dan menyebarkan positive messages itu kepada masyarakat yang lebih luas lagi. Dengan berbagai sudut pandang dari para anggota, diskusi sangat diwarnai dengan topik-topik yang beragam. Mulai dari cerita, setting film, kostum, teknologi, fisika, filosofi, hingga ilmu-ilmu lain seperti manajemen, organisasi dan kepemimpinan. Setiap individu merasakan pengaruh Star Trek di kehidupan mereka. Star Trek mempengaruhi cara berpikir, cara pandang, dan pengaruh positif lainnya. Cita-cita kehidupan idealisme kami adalah agar nilai-nilai positive Star Trek mampu difahami, dihayati dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini...Star Trek as the way of life…

~ LIVE LONG and PROSPER ~