Dalam pembahasan kali ini kita akan mempelajari prinsip Leadership, baik ditinjau dari sisi sang atasan (Leader) maupun dari sisi kita sebagai anak buah yang mengikuti perintah. Terkadang, sulit bagi kita mengikuti perintah Atasan, yang dalam waktu sehari-hari, atau dahulu terbiasa menjadi teman/kawan kita yang sederajat. Kali ini kita akan belajar, bagaimana seorang Leader harus mampu menegur kesalahan anak buah dengan tetap mengendalikan emosi dan menjaga harga diri anak buah yang melawan perintah tanpa melukai harga diri anak buah tersebut.
Star Trek The Next Generation
Episode # 257: The Gambit.
Dalam suatu insiden penyelidikan kegiatan para penyelundup barang gelap luar angkasa, Captain Picard dan Commander Riker terperangkap dan terpaksa menyamar menjadi awak penyelundup dan berkhianat terhadap United Federations of Planets.
Lt.Commander Data yang mengambil alih sebagai acting Captain in command mengerti beberapa strategi rahasia yang dilakukan oleh Captain Picard dan Commander Riker, namun tidak demikian dengan Lt.Worf (yang mengambil alih tugas sementara menjadi First Officer in command) dan awak kapal yang lain. Beberapa kali Lt.Worf melakukan protes atas perintah yang diberikan oleh Data di depan para awak kapal yang lain. Ketika situasi yang genting telah terlalui, Data memanggil Worf memasuki ruang Captain dan melakukan pembicaraan tertutup sbb:
Data: Lieutenant, I am dissatisfied with your performance as First Officer.
Worf: May I ask in what way?
D: You continually question my orders in front of the crew. I do not believe this is appropriate behavior. (Perhatikan susunan kalimat yang tetap menjaga emosi dan sopan santun dalam menegur kesalahan anak buah).
W: With all due respect Sir, I have always felt free to voice my opinions even they differ from those of Captain Picard or Commander Riker. (Perhatikan disini Worf masih tidak mengetahui letak kesalahannya, dia masih berpikir bukan sbg posisi First Officer, namun sebagai Tactical Officer biasa).
D: That is true, but in those situations you were acting as Head of Security, not as First Officer. The primary role of the second in command is to carry out the decisions of the Captain. In this case, me.
(Data memberikan penjelasan, bahwa saat yang genting ini, situasinya berbeda dengan situasi normal. Worf sbg Second in Command, harus menjadi satu suara dalam gerak dan langkah komando dengan Captain).
W: But is it not my duty to offer you alternatives?
D: Yes. But once I have made a decision, it is your job to carry out regardless of how you may personally feel. Any further objections should be given to me in private, not in front of the crew. I do not recall Commander Riker ever publicly sharing irritation with his Captain, as you did a moment ago.
(Kita sebagai staff, perlu memahami bahwa mengkritik Atasan atau mempertanyakan keputusan Atasan adalah sah saja, namun, seyogianya itu tidak dilakukan di depan orang banyak atau staff yang lainnya. Tindakan ini dapat merupakan “penyerangan” atas legalisasi dan wibawa Atasan kita dihadapan para Staff lainnya).
D: If you do not feel capable of carrying out this role, I will assign it to Commander La Forge and return you to Tactical. I would not enter it into your record as a reprimand simply as a transfer.
(Dalam posisi sebagai Leader, kita secara terbuka bisa bertanya kepada anak buah yang merasa tidak cocok atau tidak tepat berada dibawah pimpinan kita; dan menawarkannya posisi lain yang mungkin dirasakan lebih tepat dengan kompetensinya, jika itu memungkinkan. Hal ini adalah untuk menghindari konflik lebih jauh dalam pencapaian tujuan / misi yang dilakukan bersama).
W: I would prefer to remain at my current post.
D: Then I expect you to conform to the guidelines I have laid out.
(Perhatikan, bahwa setelah suatu solusi pemecahan masalah kita tawarkan kepada anak buah kita; dan kita telah mencapai kesepakatan bersama: penting untuk kita melakukan prinsip “confirmation of understanding” – untuk menekankan dan meyakinkan bahwa kita dan anak buah kita memiliki prinsip dan kesepakatan yang sepaham atas solusi yang dicapai bersama).
W: Aye, Sir.
D: Dismissed. (Pembicaraan selesai, dan ditutup dengan formal).
(Sebelum Worf melangkah keluar ruangan, Data memanggil kembali dengan nada bicara yang berbeda dengan sebelumnya. Bila dalam tegoran yang diberikan dilakukan dengan nada bicara sangat formal, panggilan ini dilakukan dengan nada bersahabat dan lebih respect. Perhatikan: semula Data menyebut Worf dengan pangkatnya, saat ini dia memanggil dengan nama sehari-harinya):
Data: Mr. Worf, I am sorry if I have ended our friendship.
Worf: Sir, it is I who has jeopardized our friendship, not you. If you will overlook this incident, I would like to continue to consider you my friend.
Data: I would like that, as well.
Suatu pembicaraan formal untuk menegor kesalahan anak buah, tidak perlu mengakibatkan terlukanya harga diri anak buah tersebut. Kita dapat tetap menjaga harga dirinya dalam menegor untuk mengkoreksi kesalahannya, namun juga tetap dapat menjaga rasa pertemanan dengannya. Sikap menghargai ini patut dilakukan setelah yang bersangkutan memahami kesalahannya dan bersedia mengoreksinya. Jadi kita sebagai Leader tidak perlu menempatkan anak buah kita dalam posisi ketakutan atas kesalahannya.
Dilain sisi, sebagai anak buah, sikap kesatria dari Mr.Worf ini patut di contoh. Kadang kita mencampur adukkan masalah profesionalisme dan pertemanan. Sikap Mr. Worf yang mengakui bahwa ia melakukan kesalahan prosedur, dan bukan hanya berjanji memperbaiki, namun juga tetap menghormati kawan yang juga adalah atasannya, itu adalah suatu sikap terpuji yang patut ditiru oleh kita. Bagaimanapun, atasan kita adalah tetap seorang pribadi yang juga butuh kehangatan rasa pertemanan dan juga sekaligus respect dari kita selaku anak buah. Sikap ini akan memberikan suatu sinergi positif yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
~ Live Long and Prosper ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar